Di Bawah Payung Cinta Yang Mengembang

Sudah sangat sore dan hujan masih mengguyur dengan deras. Bosan mulai menggelayuti hatinya. Diliriknya jam tangan bermotif hello kitty ditangan kirinya. "Astaga, sudah jam lima. Gimana pulangnya? Ayume bergumam lirih. Sudah beberapa kali Ayume mondar-mandir dikoridor yang mulai sepi itu. Ayume menghela napas panjang dan memeriksa jam tangannya lagi. "Bu, harusnya tadi aku mendengar apa kata Ibu. Bawa Payung! Maaf ya Bu, Ayume bandel." Gumamnya lagi, sesal.

Tepukan lembut mendarat dibahu kanan Ayume. "Hai Ayume, belum pulang?" Suara hangat dan santun memecah kegelisahan Ayume.

"Rakaa, kaget tauuk?" Ujarnya lembut setengah menjerit. Raka tersenyum melihat ekspresi kaget Ayume. Digenggamnya tangan kanan Ayume. Hangat sepenuh cinta. "Pulang sama aku yuk? Aku bawa payung lo?" Nampak Ayume tersenyum sambil mengangguk.

Ayume menggesek-gesekan kedua telapak tangannya. Terlihat ia juga meniupnya. Ayume nampak pucat. "Ayume, kamu kenapa? Kedinginan?" Raka mulai melepas jaketnya. Ia gantungkan jaket tebal itu dibahu Ayume. Pipi Ayume memerah. "Terima kasih ya?" Suara Ayume lirih sambil merapikan posisi jaketnya.

Raka mulai mengembangkan payungnya. Tidak besar, namun muat jika untuk berdua. Payung itu berwarna biru, selaras dengan kaos yang dikenakannya.

Raka menatapi bola mata Ayume. Bulat. Hitam. Indah sekali. "Ayo, nanti keburu malem." Ajak Raka. Ayume mengangguk. Mereka mulai berjalan. Kaki mereka mulai bersentuhan dengan air hujan. Dingin. Kulit serasa bergetar.

Di bawah payung mereka berdekatan. Sangat dekat. Lebih tepatnya berdesakan. Tangan kiri Raka memegang gagang payung dan tangan kirinya memegang tangan Ayume. Agak kesulitan memang. Hujan sangat deras. Payung sering kali oleng diterpa angin.

"Sini aku bantu?" Bisik Ayume. Tangan kanan Ayume mulai menyentuh tangan kiri Raka. Lembut. Mereka memegang gagang payung bersama. Raka tersenyum. "Makasih ya, sayang?" Diusapnya pipi Ayume hangat. Lembut. Sepenuh kasih.

"Kalo gini, aku mau koq tiap hari hujan.." Canda Raka sambil mencuil pujuk hidung Ayume. Penuh cinta. Ayume tersipu malu. Pipinya memerah lagi.

Tweet

Postingan terkait:

Ditulis Unknown — Minggu, 20 Maret 2016 — 17 Comments — Catatan Cinta, Cerita Pendek